Minggu, 08 Januari 2012

ESP, ABS, EBD, TCS

PEMBAHASAN
A. Electronic Stability Control/Program (ESC/ESP)
Electronic Stability Control (ESC) dirancang membantu pengemudi untuk mempertahankan kontrol kendaraannya pada manuver kecepatan tinggi atau di jalan licin. Biasanya kondisi itu menimbulkan gejala oversteer atau understeer. ESC mengaplikasikan rem dan kontrol mesin untuk mengendalikan mobil tetap dijalurnya.
1. Komponen – Komponen ESP
Komponen komponen ESP pada kendaraan meliputi :
1. ESP-Hydraulic Unit with Integrated ECU
Merupakan rangkaian hidrolik pada booster rem dan roda – roda yang berintegrasi atau di kontrol oleh ECU
2. Wheel Speed Sensor
Merupakan sensor yang memantau kecepatan putaran roda
3. Steering Angle Sensor
komponen ini merupakan sensor yang bekerja memantau sudut belok kendaraan pada saat dibelokan ke arah kanan ataupun kiri
4. Yaw Rate Sensor with Integrated Acceleration Sensor
Merupakan sensor yang berfungsi memantau akselerasi (percepatan) kendaraan
5. Engine-Management ECU for Communication
Merupakan otak dari system elektronik pada kendaraan yang berfungsi mengatur seluruh system otomatis yang menggunakan sensor elektronik dalam kendaraan

2. Prinsip kerja ESP
Electronic Stability Program, anti over steer & under steer. Teknologi suspensi Mercedes Benz. Basic cara kerjanya adalah mengontrol laju pengendaraan dengan secara selektif memberikan pengereman pada roda yang paling membutuhkan. Dalam kondisi jalan lurus, kendaraan pun melaju lurus di permukaan jalan rata, maka pengereman terpusat pada ke-empat roda secara bersamaan. Namun jika jalan berbelok atau mobil melaju berbelok atau kondisi jalan tidak rata. maka beban pengereman tidaklah terpusat pada ke empat roda secara merata. ESP mengatur pengereman sedemikian rupa agar mobil tidak kehilangan kendali sekalipun pengereman tiba-tiba sewaktu berbelok disertai kecepatan tinggi. ESP bekerja dengan sensor elektronis (48 kilobyte) yang keseluruhannya mengontrol akselerasi, pengereman di berbagai jenis kondisi jalanan, mengontrol putaran masing-masing roda, menurunkan rpm untuk pada kondisi tertentu untuk menghindari selip.
Rem ABS memiliki sejumlah sensor kecepatan dan ESC menambah sensor yang secara kontinyu memonitor seberapa baik kendaraan merespon input dari roda kemudi. Sensor-sensor ini bisa mendeteksi kapan pengemudi kehilangan kontrol karena mobil melenceng dari jalur yang seharusnya dilalui, -masalah yang sering muncul pada manuver kecepatan tinggi atau jalan licin-. Dalam situasi ini, otomatis ESC mengerem ban-ban secara individual untuk menjaga mobil tetap terkontrol. Bila pengemudi melakukan gerakan manuver mendadak, misal menikung terlalu cepat, mobil beresiko hilang kontrol. Maka ESC akan melakukan serangkaian pengereman yang diperlukan dan pada kasus-kasus tertentu juga mengurangi kecepatan mobil agar mobil tetap terkontrol.
Kerja ESP membantu pengendalian mobil ketika kemudi diputar secara mendadak saat kendaaraan tengah melaju dengan kecepatan tinggi. Tidak hanya pada waktu berbelok melibas tikungan, melainkan juga ketika pengemudi memutar setir untuk menghindari objek yang tiba-tiba muncul di depan. Hal itu dapat terjadi karena stability control system menggunakan sensor yang secara konstan memonitor kecepatan putaran masing-masing roda, sudut putaran setir, dan akselerasi lateral (menyamping) . Sistem itu juga memonitor kerja banyak sistem lain, apakah menyimpang atau tidak. Semua informasi itu dikumpulkan oleh komputer, yang akan menentukan apakah mobil itu berjalan sesuai dengan keinginan pengendaranya atau tidak. Dan jika tidak sesuai, stability control system akan mengintervensi dan mengembalikan posisi mobil sesuai dengan yang diinginkan pengendara.
Demikianlah kehebatan mobil yang telah mengaplikasikan fitur stability control dalam melindungi dan menjaga keselamatan pengendara meskipun tengah berkendara dalam kecepatan tinggi. Jika mobil mengalami understeer, fitur canggih ini akan menerapkan rem pada roda belakang bagian dalam sehingga mobil tertarik kembali ke lintasan yang seharusnya dilalui. Sementara jika mobil mengalami oversteer, stability program akan menerapkan rem hanya pada roda depan bagian luar sehingga mobil tertarik kembali kelintasan yang seharusnya dilalui.
Electronic Stability Program (ESP®) saat ini sudah diperbaharui dengan fungsi tambahan : the STEER CONTROL steering assistance system. Ini diaplikasikan bersama dengan electromechanical power steering system, untuk membantu servo assistance dalam menjaga kestabilan kendaraan saat sedang dikemudikan.
Tabel dibawah ini berdasarkan pada gambar 2 merupakan perbedan kendaraan yang menggunakan ESP dan yang tidak menggunakan ESP

3. Kelemahan ESP
System ESP dapat bekerja karena adanya baterai karena system ini di kendalikan oleh ECU (engine control unit) yang merupakan system elektronik yang memerlukan energy listrik, jika baterai tidak optimal ataupun mengalami trouble maka system ini tidak dapat bekerja untuk pengemudi yang tidak memperhatikan , karena menggunakan ESP, ada pengemudi yang merasa bisa ngebut sesuka hatinya ketika melewati tikungan, melewati batas yang dapat ditoleriri mobil atau sistem ESP. Bila ini terjadi, mobil akan terbanting dengan sangat keras dan menimbulkan bahaya lebih besar.

B. Anti-lock Braking System
ABS adalah kepanjangan dari antilock brake system yang artinya adalah system yang terkontrol secara otomatis untuk mencegah rem terkunci sehingga menyebabkan roda tergelincir dan tidak tentu arahnya sehingga mobil tidak terkendali. Hal ini bisa terjadi karena pengereman dilakukan secara bertahap seperti ketukan dengan kecepatan tinggi sehingga piringan tidak terlalu panas dan mengunci.

Jadi tujuan ABS adalah :
1. Menstabilkan mobil saat di rem penuh, walaupun konsisi jalan jelek
2. Mobil masih bisa dikemudikan, walaupun tekanan rem penuh
3. Keausan ban kecil
4. Bahaya kecelakaan kecil
Sistem ABS pada suatu rem hidraulis adalah sistem yang mulai bekerja, bila salah satu roda mulai memblokir. Selama roda masih berputar tekanan rem mengalir langsung dari master ke silinder roda.
1. Komponen-komponen ABS :
a. Silinder master
b. Unit kontrol tekanan rem
c. Komputer
d. Sensor putaran roda 5. Silinder roda
e. Lampu kontrol
f. Sensor putaran aksel belakang
g. Pompa.

2. Fungsi komponen :
a. Silinder master :
a) Membangun tekanan hidraulis sesuai dengan gaya tekan sopir
b) Tekanan hidraulis ini mengalir ke unit tekanan

b. Unit kontrol tekanan rem :
a) Mengatur tekanan hidraulis rem untuk setiap roda sesuai dengan perintah komputer

c. Komputer :
a) Mendapat informasi daris sensor putaran roda
b) Menghitung tekanan ideal untuk setiap roda
c) Mengirimkan perintah pengatur ke unit kontrol tekanan rem
d) Komputer selalu memeriksa fungsi diri secara automatis
e) Bila fungsinya salah, komputer memberi aliran dengan lampu kontrol kepada sopir

d. Sensor putaran roda :
a) Menghitung putaran roda secara induktif dan mengirim signal ke komputer
1) Sensor Induktif
2) Cincin bergigi

e. Pompa :
Karena katup mampu melepaskan tekanan dari rem, pompa digunakan untuk menekan itu kembali. Itulah fungsi pompa pada sistem ini. Ketika katup mengurangi tekanan dalam sebuah jalur pengereman, pompa inilah yang berfungsi untuk mengembalikan tekanan.

3. Prinsip Kerja
Cara mengatur Sistem ABS menghitung putaran dan perlambatan dengan sensor Diagram pengatur Pada saat roda akan memblokir, perlambatan putaran roda naik keras
a. Sehingga unit kontrol membatasi tekanan pada silinder roda
b. Akibatnya perlambatan roda dikurangi Perlambatan roda masih terlalu besar maka tekanan hidraulis di kurangi
c. Perlambatan menjadi nol, roda mulai mempercepat
d. Percepatan batas unit kontrol menambah tekanan
e. Roda mulai memblokir lagi unit kontrol membatasi tekanan
f. Begitu seterusnya proses pengaturan akan dimulai lagi

4. Jenis Rem System ABS
Anti-lock sistem pengereman menggunakan skema yang berbeda tergantung pada jenis rem yang digunakan. Mereka dapat dibedakan dengan jumlah saluran yaitu :berapa banyak katup yang dikendalikan secara individual dan jumlah sensor kecepatan.
a. Empat-saluran, empat-sensor ABS
Ada sensor kecepatan pada keempat roda dan katup yang terpisah untuk semua empat roda, controller monitor setiap roda secara individual untuk memastikan itu mencapai kekuatan pengereman yang maksimal.
b. Tiga-saluran, empat-sensor ABS
Ada sensor kecepatan pada keempat roda dan katup yang terpisah untuk masing-masing roda depan, tetapi hanya satu katup untuk kedua roda belakang.
c. Tiga-channel, tiga-sensor ABS
Skema ini, biasanya ditemukan pada dengan empat roda ABS, memiliki kecepatan sensor dan sebuah katup untuk masing-masing roda depan, dengan satu katup dan satu sensor untuk kedua roda belakang. Sensor kecepatan untuk roda belakang terletak di poros belakang. Sistem ini menyediakan kendali individu roda depan, sehingga mereka dapat keduanya mencapai gaya pengereman maksimum. Roda belakang, bagaimanapun, adalah dipantau bersama-sama, mereka berdua harus mulai mengunci sebelum ABS akan mengaktifkan di bagian belakang. Dengan sistem ini, adalah mungkin bahwa salah satu roda belakang akan mengunci selama berhenti, mengurangi efektivitas rem. Sistem ini mudah untuk mengidentifikasi, karena tidak ada sensor kecepatan individu untuk roda belakang.
d. Satu-saluran, satu-sensor ABS
Sistem ini umumnya ditemukan pada dengan roda belakang ABS. Ini memiliki satu katup, yang mengendalikan kedua roda belakang, dan satu sensor kecepatan, yang terletak di poros belakang. Sistem ini beroperasi sama seperti bagian belakang sistem tiga-saluran. Roda belakang dipantau bersama-sama dan mereka berdua harus mulai untuk mengunci sebelum ABS tendangan masuk Dalam sistem ini juga mungkin bahwa salah satu roda belakang akan mengunci, mengurangi efektivitas rem. Sistem ini juga mudah untuk mengidentifikasi, karena tidak ada sensor kecepatan individu untuk setiap roda.

C. Electronic Braking Distribution
EBD atau kepanjangan dari electronic brake distribution adalah suatu piranti yang membagi pengereman dari tiap roda agar mobil tetap dalam keadaan terkendali dan bergerak secara linear. Teknologi ini sama dengan ESP. EBD biasanya lebih sederhana dari ESP dan biasa diterapkan pada mobil Jepang.

1. Cara kerja sistem EBD
Tugas EBD sebagai subsistem dari sistem ABS untuk mengontrol adhesi pemanfaatan yang efektif oleh roda belakang. Tekanan roda belakang didekati dengan distribusi kekuatan rem yang ideal dalam operasi pengereman parsial. Untuk melakukannya, desain rem yang konvensional diubah dalam arah overbraking poros belakang, dan komponen ABS digunakan EBD mengurangi ketegangan pada kekuatan rem hidrolik katup proporsi dalam kendaraan EBD mengoptimalkan desain rem berkaitan dengan: pemanfaatan adhesi(gaya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis)
EBD dapat bekerja dalam hubungannya dengan ABS dan Electronic Stability Control ("ESC") untuk meminimalkan percepatan yaw selama bergantian. ESC membandingkan sudut roda kemudi untuk menilai kendaraan memutar menggunakan sensor tingkat yaw. "Yaw" adalah rotasi kendaraan sekitar pusat vertikal gravitasi (belok kiri atau kanan). Jika sensor yaw mendeteksi lebih / yaw kurang dari sudut roda kemudi harus menciptakan, mobil understeering atau oversteering dan ESC mengaktifkan salah satu depan atau rem belakang untuk memutar mobil kembali ke kursus yang dimaksudkan. Sebagai contoh, jika mobil adalah membuat berbelok ke kiri dan mulai understeer. ESC mengaktifkan rem belakang kiri, yang akan membantu mengubah mobil kiri. Sensor sangat sensitif, dan aktuasi yang begitu cepat bahwa sistem dapat memperbaiki arah sebelum pengemudi bereaksi. ABS membantu mencegah roda lock-up dan EBD membantu kekuatan rem berlaku tepat untuk membuat ESC bekerja secara efektif.

D. Traction Control System
Ditinjau dari sistem kontrolnya, sistem control traksi merupakan system yang mampu mempertahankan ratio slip diantara ban dan permukaan jalan dengan cara mengontrol peralatan-peralatan guna memberikan perlawanan percepatan terhadap perubahan kondisi permukaan jalan.
1. Peralatan itu tersebut, yaitu:
a. Kontrol Torsi Engine, berfungsi mempertahankan kondisi steady state plant.
b. Kontrol Torsi Pengereman, mencegah keberadaan torsi dengan memberikan gaya gesek yang berbeda di antara kedua roda penggerak. Sistem kontrol traksi direncanakan untuk mencegah roda melintir dengan gaya akseleratif yang tinggi.

2. Komponen Kontrol Traksi
a. Wheel Speed sensor, sensor yang memberikan informasi kepada ABS untuk ditindak lanjuti.
b. ECU (Electronic Control Unit) Input amplifier IC menerima sinyal dari wheel speed sensor, sinyal frekwensi tersebut memberi perintah tentang kecepatan roda penggerak. Microcontrollernya akan memproses sinyal-sinyal percepatan dan kecepatan roda penggerak. Data data ini akhirnya akan menyiapkan basis perhitungan dalam menentukan nilai akhir yang dibutuhkan untuk kendali slip.
c. Hydraulic Unit
d. Electronic throttle control actuator
e. Simplified throttle control actuator
f. Fuel injection dan ignition control (Pengurangan tekanan pompa mesin secara perlahan-lahan).
System kontrol traksi (TCS), juga dikenal sebagai anti-slip regulasi (ASR), biasanya (tapi tidak harus) fungsi sekunder anti-lock braking system (ABS) pada kendaraan bermotor produksi, dirancang untuk mencegah hilangnya traksi jalan roda didorong. Ketika dipanggil karena itu meningkatkan kontrol throttle driver sebagai masukan yang diterapkan adalah salah disesuaikan dengan kondisi permukaan jalan (karena berbagai faktor) tidak mampu untuk mengelola diterapkan torsi.
Intervensi (bantuan) terdiri dari satu atau lebih dari berikut ini:
a. Mengurangi atau menekan percikan urutan ke satu atau lebih silinder
b. Mengurangi pasokan bahan bakar ke satu atau lebih silinder
c. Rem gaya yang diterapkan pada satu atau lebih roda
d. Tutup throttle, jika kendaraan ini dilengkapi dengan drive by wire throttle
e. Dalam turbo-charged kendaraan, sebuah solenoida dapat meningkatkan kontrol digerakkan untuk mengurangi dan karena itu meningkatkan tenaga mesin.
Biasanya, sistem kontrol traksi berbagi aktuator elektro-hidrolik rem (tapi tidak menggunakan master silinder konvensional dan servo), dan sensor kecepatan roda dengan sistem anti-lock braking

6 komentar:

  1. Trimakasih atas penjabarannya gan....

    BalasHapus
  2. Mohon sarannya apakah error code u3000:48 terkait dengan kerusakan abs module? Saat ini lampu abs, hsa dan esp kadang nyala kadang mati. Mobil sy ford fiesta 1.6s 2012

    BalasHapus
  3. Indikator elect.prog.not available..mesin cepat panas dan mobil tidak bisa di gas dan jalan tp kondisi mesin hidup..harus d matikan dahulu beberapa menit dan hidupkan kembali mobil normal tapi nanti kembali lg tidak bisa di gas..mobil saya C180 W203 itu kendalanya di apa ya gan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada yg bilang electric kit dan modul ESP harus di ganti..

      Hapus
  4. saya punya c240 elegan th 2002 begitu posisi jalan sensoresp nyala ndak bisa di gas kkmponen apa yg harus di ganti makasih

    BalasHapus